Protected by Copyscape Unique Content Check

Selasa, 05 April 2011

MAYA

oleh : Petronela Putri

“Apa kamu bahagia?” Ia memeluk tubuhku dari belakang. Aku mengangguk. Pemandangan senja pinggir pantai ini adalah pemandangan yang paling kucintai dalam hidupku. Sore ini, ia mengajakku lagi ke tempat ini untuk kesekian kalinya.
“Ada apa? Tadi kau bilang ingin bicara sesuatu?” Aku melepas pelukannya lalu menatap lelaki-ku itu penuh tanya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu.”
Aku menunggu, “Ya?”
“Apa kau mau menikah denganku?” Perlahan tangannya membuka sebuah kotak mungil. Ada sebentuk cincin berlian berkilau didalamnya.
Aku menatapnya sejurus, meraih tangannya dan menggenggam lembut, “Aku..”
“Tidak perlu ragu.. Aku sedang mengurus perceraian dengan istriku. Beberapa hari lagi kami akan resmi bercerai.” Ia berusaha meyakinkanku.
Aku kembali terdiam, haruskah aku menerimanya? Sekarang ia milik wanita lain. Tapi seketika hatiku yang sedang kasmaran menjadi dingin. Siapa peduli? Aku mencintainya dan ia mencintaiku. Lagipula ia bilang akan segera menceraikan istrinya.
Tidak ada waktu berdiskusi dengan hati dan Tuhan sekarang.
“Ya, tentu saja..”
Ia tersenyum puas lalu melingkarkan cincin bertahta berlian itu ke jari manisku. Tanda cinta kami yang aku harap abadi.
***
Di mana ini? Aku tidak bisa melihat apapun. Gelap. Semuanya buyar, kecuali ingatanku tentangnya dan cinta kami. Apa bumi sudah terbelah? Apa air bah sudah menerjang segala? Apa ini adalah kiamat?!
Aku sibuk menelusuri lorong gelap yang seolah tanpa ujung. Aku bahkan tidak dapat lagi merasakan jari-jari kakiku menjejak. Yang kuingat hanyalah secercah cahaya menyilaukan menghampiri dari depan, dan perlahan cahaya itu berubah bentuk menjadi manusia bersayap. Apakah aku sudah gila??
“Tidak perlu takut. Sudah waktunya kamu kembali ke duniamu.” Ia berseru.
“Kau siapa?! Aku dimana?!” Jerit hatiku. Ini aneh! Mulutku seakan tak lagi berfungsi cuma dalam sekejap mata.
Seolah dapat mendengarkan suara hatiku barusan, manusia bersayap yang hanya berupa siluet itu kembali menyahut.
“Tidak penting siapa diriku. Karena yang terpenting sekarang adalah kamu kembali ke duniamu. Hentikan segala kerinduan dan ingatan akan kehidupan duniawimu yang telah lewat. Cegah penglihatanmu untuk tidak menerimanya lagi!”
Tiba-tiba cahaya itu menabrakku, membuat tubuhku terhuyung lemah. Kemudian aku merasakan diriku kehilangan keseimbangan dan jatuh jauh sekali. Hal berikutnya yang kuingat adalah tubuhku telah mendarat di sebuah daerah yang tak kukenal. Otakku lalu berusaha memutar ulang kejadian-kejadian yang kualami sebelumnya.
Bayanganku menjerit di tengah malam saat hujan badai menyerang. Kemudian berganti ke detik-detik tatkala sebuah belati menghujam jantungku berkali - kali. Bahkan aku masih merasakan sakitnya sekarang, juga sanggup membayangkan betapa banyak darah segar yang mengalir dari tubuhku waktu itu. Semua terasa nyata. Amat nyata!
Istrinya.. pembunuh!!
Aku rindu lelakiku!! Apa ia sudah menceraikan pembunuh itu?!
Kutatap jari manisku. Cincin itu masih terpasang mantap disana, bahkan setelah aku terdampar di dunia berbeda. Inikah buktinya cinta kami benar-benar tulus abadi?
***


Disadur dari :
@fiksimini RT @ekawijaya04 MATI SURI. Selama beberapa jam aku melihat dunia nyata.

1 komentar: